Kota
Pekanbaru adalah ibu kota dan kota terbesar di provinsi Riau, Indonesia. Kota
ini merupakan kota perdagangan dan jasa, termasuk sebagai kota dengan
tingkat pertumbuhan, migrasi dan urbanisasi yang tinggi.
Pekanbaru
mempunyai satu bandar udara internasional, yaitu Bandar Udara Sultan Syarif Kasim
II,dan terminal bus terminal antar kota dan antar provinsi Bandar Raya Payung
Sekaki, serta dua pelabuhan di Sungai Siak, yaitu Pelita Pantai dan Sungai
Duku.
Saat
ini Kota Pekanbaru sedang berkembang pesat menjadi kota dagang yang
multi-etnik, keberagaman ini telah menjadi modal sosial dalam mencapai
kepentingan bersama untuk dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakatnya.
READ MORE
READ MORE
Sejak
tahun 2010, Pekanbaru telah menjadi kota ketiga berpenduduk terbanyak di Pulau
Sumatera, setelah Medan dan Palembang. Laju pertumbuhan ekonomi Pekanbaru yang
cukup pesat, menjadi pendorong laju pertumbuhan penduduknya.
Etnis
Minangkabau merupakan masyarakat terbesar dengan jumlah sekitar 37,96% dari
total penduduk kota. Mereka umumnya bekerja sebagai profesional dan pedagang.
Jumlah mereka yang cukup besar, telah mengantarkan Bahasa Minang sebagai salah
satu bahasa pergaulan yang digunakan oleh penduduk kota Pekanbaru selain Bahasa
Melayu atau Bahasa Indonesia.
Selain
itu, etnis yang juga memiliki proporsi cukup besar adalah Melayu, Jawa, Batak,
dan Tionghoa. Perpindahan ibu kota Provinsi Riau dari Tanjungpinang ke
Pekanbaru pada tahun 1959, memiliki andil besar menempatkan Suku Melayu
mendominasi struktur birokrasi pemerintahan kota. Namun sejak tahun 2002
hegemoni mereka berkurang seiring dengan berdirinya Provinsi Kepulauan Riau
dari pemekaran Provinsi Riau.
Masyarakat
Jawa awalnya banyak didatangkan sebagai petani pada masa pendudukan tentara
Jepang, sebagian mereka juga sekaligus sebagai pekerja romusha dalam proyek
pembangunan rel kereta api. Sampai tahun 1950 kelompok etnik ini telah menjadi
pemilik lahan yang signifikan di Kota Pekanbaru. Namun perkembangan kota yang
mengubah fungsi lahan menjadi kawasan perkantoran dan bisnis, mendorong
kelompok masyarakat ini mencari lahan pengganti di luar kota, namun banyak juga
yang beralih okupansi.
Berkembangnya
industri terutama yang berkaitan dengan minyak bumi, membuka banyak peluang
pekerjaan, hal ini juga menjadi pendorong berdatangannya masyarakat Batak.
Kelompok etnik ini umumnya bekerja sebagai karyawan, dan memiliki ikatan
emosional yang kuat terutama jika semarga dibandingkan kelompok etnis lain yang
ada di Kota Pekanbaru. Pasca PRRI eksistensi kelompok etnis ini menguat setelah
beberapa tokoh masyarakatnya memiliki jabatan penting di pemerintahan, terutama
pada masa Kaharuddin Nasution menjadi "Penguasa Perang Riau Daratan".
aat
ini Pekanbaru telah menjadi kota metropolitan, yaitu dengan nama Pekansekawan,
(Pekanbaru, Siak, & Pelalawan). Perkembangan perekonomian Pekanbaru, sangat
dipengaruhi oleh kehadiran perusahaan minyak, pabrik pulp dan kertas, serta
perkebunan kelapa sawit beserta pabrik pengolahannya. Kota Pekanbaru pada
triwulan I 2010 mengalami peningkatan inflasi sebesar 0,79%, dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 0,30%. Berdasarkan kelompoknya,
inflasi terjadi hampir pada semua kelompok barang dan jasa kecuali kelompok
sandang dan kelompok kesehatan yang pada triwulan laporan tercatat mengalami
deflasi masing-masing sebesar 0,88% dan 0,02%. Secara tahunan inflasi kota
Pekanbaru pada bulan Maret 2010 tercatat sebesar 2,26%, terus mengalami
peningkatan sejak awal tahun 2010 yaitu 2,07% pada bulan Januari 2010 dan 2,14%
pada bulan Februari 2010.
Posisi
Sungai Siak sebagai jalur perdagangan Pekanbaru, telah memegang peranan penting
dalam meningkatkan pertumbuhan ekomoni kota ini. Penemuan cadangan minyak bumi
pada tahun 1939 memberi andil besar bagi perkembangan dan migrasi penduduk dari
kawasan lain. Sektor perdagangan dan jasa saat ini menjadi andalan Kota
Pekanbaru, yang terlihat dengan menjamurnya pembangunan ruko pada jalan-jalan
utama kota ini. Selain itu, muncul beberapa pusat perbelanjaan modern,
diantaranya: Plaza Senapelan, Plaza Citra, Plaza Sukaramai, Mal Pekanbaru, Mal
SKA, Mal Ciputra Seraya, Lotte Mart, Metropolitan Trade Center, The Central,
Ramayana dan Giant. Walau di tengah perkembangan pusat perbelanjaan modern ini,
pemerintah kota terus berusaha untuk tetap menjadikan pasar tradisional yang
ada dapat bertahan, di antaranya dengan melakukan peremajaan, memperbaiki
infrastruktur dan fasilitas pendukungnya. Beberapa pasar tradisional yang masih
berdiri, antara lain Pasar Bawah, Pasar Raya Senapelan (Pasar Kodim), Pasar
Andil, Pasar Rumbai, Pasar Limapuluh dan Pasar Cik Puan.
Sementara
dalam pertumbuhan bidang industri di Kota Pekanbaru terus mengalami peningkatan
dengan rata-rata pertumbuhan pertahun sebesar 3,82 %, dengan kelompok industri
terbesar pada sektor industri logam, mesin, elektronika dan aneka, kemudian
disusul industri pertanian dan kehutanan. Selain itu beberapa investasi yang
ditanamkan di kota ini sebagian besar digunakan untuk penambahan bahan baku,
penambahan peralatan dan perluasan bangunan, sebagian kecil lainnya digunakan
untuk industri baru.
source: www.wikipedia/berbagai sumber

0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Tinggalkan Pesan