Kota
Padang adalah kota terbesar di pantai barat Pulau Sumatera sekaligus ibu kota
dari provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Kota ini memiliki wilayah seluas
694,96 km² dengan kondisi geografi berbatasan dengan laut namun memiliki daerah
perbukitan yang ketinggiannya mencapai 1.853 mdpl. Berdasarkan Data Agregat
Kependudukan per Kecamatan (DAK2) tahun 2012, kota ini memiliki jumlah penduduk
sebanyak 871.534 jiwa yang didominasi oleh etnis Minangkabau dan mayoritas
masyarakat di kota ini menganut agama Islam.
Kota
Padang merupakan kota dengan jumlah penduduk paling banyak di provinsi Sumatera
Barat. Berdasarkan data kependudukan tahun 2008, diketahui rasio jenis kelamin
99.13, sedangkan jumlah angkatan kerja 344.497 orang dengan jumlah pengangguran
50.343 orang. Pada tahun 2009 kota ini bersama dengan kota Makassar,
Denpasar, dan Yogyakarta, ditetapkan oleh Kemendagri sebagai empat kota proyek
percontohan penerapan Kartu Tanda Penduduk (KTP) berbasis Nomor Induk
Kependudukan (NIK) di Indonesia.
READ MORE
READ MORE
Kota
Padang sebagai kota pelabuhan sejak abad ke-19 telah mengalami pertumbuhan
ekonomi cepat yang didorong oleh tingginya permintaan kopi dari Amerika.
Akibatnya pada tahun 1864 telah berdiri salah satu cabang Javaansche Bank yakni
bank yang bertanggung jawab terhadap mata uang di Hindia Belanda serta telah
mengikuti standar selaras dengan yang ada di negara Belanda. Seiring itu pada
1879 juga telah muncul bank simpan pinjam. Hal ini mencerminkan tingginya
tingkat peredaran uang di kota ini.
Kota
ini menempatkan sektor industri, perdagangan dan jasa menjadi andalan
dibandingkan dengan sektor pertanian dalam mendorong perekonomian
masyarakatnya. Hal ini terjadi karena transformasi ekonomi kota cenderung
mengubah lahan pertanian menjadi kawasan industri. Walaupun di sisi lain
industri pengolahan di kota ini telah memberikan kesempatan lapangan pekerjaan
yang cukup berarti.
Di
kota ini terdapat sebuah pabrik semen yang bernama PT Semen Padang dan telah
beroperasi sejak didirikan pada tahun 1910. Pabrik semen ini berlokasi di
Indarung dan merupakan pabrik semen yang pertama di Indonesia, dengan kapasitas
produksi 5.240.000 ton per tahun. Hampir 63% dari produksinya (baik dalam
bentuk kemasan zak maupun curah) didistribusikan melalui laut dengan
memanfaatkan pelabuhan Teluk Bayur. Selepas reformasi politik dan ekonomi,
masyarakat Minang umumnya menuntut pemerintah pusat untuk melaksanakan spin off
(pemisahan) PT Semen Padang dari induknya PT Semen Gresik, yang mana sejak
tahun 1995 telah di merger (penggabungan) secara paksa oleh pemerintah pusat,
walau tuntutan akuisisi PT Semen Padang menjadi perusahaan yang mandiri lepas
dari PT Semen Gresik telah dikabulkan Pengadilan Negeri Padang, namun
penyelesaian persoalan tersebut masih belum jelas sampai sekarang. Apalagi
ditengarai terjadi kemerosotan kinerja perusahaan sejak penggabungan tersebut.
Hal ini karena pemerintah pusat masih menganggap restrukturisasi beberapa BUMN
melalui pembentukan holding terhadap beberapa BUMN yang memiliki keterkaitan
atau kesamaan usaha merupakan penyelesaian terbaik untuk membangun keunggulan
daya saing BUMN tersebut agar lebih menjamin perolehan laba di atas rata-rata
perusahaan pesaing lainnya.
Semen
Padang merupakan produsen semen tertua di Indonesia.
Pusat
perdagangan di Kota Padang adalah Pasar Raya Padang yang dibangun pada zaman
kolonial Belanda oleh seorang kapiten Cina bernama Lie Saay. Dalam
perkembangannya, pasar tradisional ini pernah menjadi sentra perdagangan bagi
masyarakat di Sumatera Barat, Riau, Jambi dan Bengkulu pada era 1980-an. Selain
itu, aktivitas perniagaan di Padang juga didukung oleh 16 pasar satelit yang
tersebar di seluruh pelosok kota, sembilan di antaranya dimiliki oleh
Pemerintah Kota Padang yaitu Pasar Alai, Pasar Bandar Buat, Pasar Belimbing,
Pasar Bungus, Pasar Lubuk Buaya, Pasar Simpang Haru, Pasar Siteba, Pasar Tanah
Kongsi, dan Pasar Ulak Karang.
Tidak
seperti kebanyakan kota besar di Indonesia, pertumbuhan pusat perbelanjaan
modern di Kota Padang terbilang cukup lamban. Pada tahun 1990-an terdapat
setidaknya lima permohonan izin pendirian mal di Kota Padang yang ditolak oleh
Zuiyen Rais, walikota Padang saat itu, karena mengambil lokasi di pusat kota.
Pusat perbelanjaan modern yang beroperasi saat ini di Kota Padang yaitu Plaza
Andalas, Basko Grand Mall, Rocky Plaza, dan SPR Plaza, serta tiga mal yang
dalam tahap konstruksi yakni Lippo Plaza, DCC Simpang Haru, dan Padang Green
City.
Perekonomian
Kota Padang juga ditopang oleh sektor pariwisata dan industri MICE (Meeting,
Incentive, Convention, and Exhibition atau Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan
Pameran). Hal ini didukung oleh keberadaan sederet hotel dan gedung pertemuan
di kota ini. Hingga saat ini Kota Padang telah memiliki 1 hotel berbintang
lima, 6 hotel berbintang empat, 8 hotel berbintang tiga, 10 hotel berbintang
dua, serta puluhan hotel berbintang satu dan hotel kelas melati. Minangkabau International
Convention Center (MICC) yang saat ini dalam tahap konstruksi akan menjadi
gedung pertemuan terbesar di Kota Padang.

0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Tinggalkan Pesan